35 Pot Taman di Cirebon Hancur Saat Ricuh, Pemkot Hitung Kerugian Rp 17,5 Juta

www.narrativetimes.com.ǁJawa Barat,5 September 2025-Aksi demonstrasi yang berujung ricuh di sekitar Alun-alun Kejaksan dan Masjid Raya At-Taqwa, Kota Cirebon, Sabtu (30/8/2025), meninggalkan jejak kerusakan cukup serius pada fasilitas umum.
Salah satu yang paling terdampak adalah pot tanaman yang sebelumnya tertata rapi di sepanjang Jalan Kartini dan Jalan Siliwangi.
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) Kota Cirebon mencatat, sebanyak 35 pot hancur akibat insiden tersebut.
“Kerusakan terbesar terjadi di Jalan Kartini dengan 30 pot pecah, sementara 5 pot lainnya berada di Jalan Siliwangi.”
“Estimasi kerugian akibat pot yang rusak mencapai Rp 17,5 juta,” ujar Kepala DPRKP Kota Cirebon, Wandi Sofyan, saat diwawancarai, Kamis (4/9/2025).
Selain pot, kerusuhan juga membuat 10 lampu taman rusak dan satu bola hias di trotoar depan gedung DPRD pecah.
“Untuk lampu taman, nilai kerugiannya masih kami hitung,” ucapnya.
Meski begitu, pihaknya menegaskan pemulihan akan dilakukan sesegera mungkin.
“Kami upayakan penggantian secepatnya agar kawasan kembali tertata.”
“Jika memungkinkan, akan dilakukan penggantian dengan pot baru atau relokasi dari area lain,” jelas dia.
Wandi juga mengapresiasi langkah cepat Dinas Lingkungan Hidup (DLH) yang menurunkan dump truk untuk membantu membersihkan puing-puing.
“Untuk tanah, tanaman, dan pot yang pecah, malam itu kami langsung bersihkan dibantu DLH. Kapasitas pickup kami tidak cukup, jadi DLH turun tangan,” katanya.
Namun, kerusakan fasilitas hanyalah satu bagian dari cerita panjang kericuhan di Kota Udang itu.
Seperti diketahui, suasana Cirebon yang biasanya ramai berubah mencekam pada Sabtu (30/8/2025) sore.
Massa bergerak ke arah Kantor DPRD Kota Cirebon di Jalan Siliwangi, melempari kaca jendela, kursi, hingga fasilitas di dalam gedung.
Pos polisi di simpang Alun-Alun Kejaksan pun luluh lantak, hanya menyisakan puing dengan kaca pecah berserakan.
Di Jalan Kartini, deretan pot tanaman hancur, tanahnya berserakan di badan jalan.
Dari arah berlawanan, kelompok massa datang membawa batu dan petasan.
Polisi membalas dengan tembakan gas air mata, membuat langit sore itu dipenuhi asap menyengat.
Sekitar pukul 16.00 WIB, aparat TNI-Polri bersama pejabat daerah mencoba melakukan mediasi di depan Masjid Raya At-Taqwa.
Hadir di antaranya Danrem 063/SGJ, Kapolres Cirebon Kota, Dandim 0614/Kota Cirebon, Ketua DPRD Kota Cirebon Andrie Sulityo, dan Wali Kota Effendi Edo.
Namun, upaya itu gagal setelah massa kembali melempari batu.
Menjelang malam, aparat berhasil memukul mundur massa, meski suasana mencekam masih terasa.
Polisi berbaris dengan tameng di sepanjang Jalan Kartini, mengantisipasi kericuhan susulan.
Peristiwa ini menambah panjang daftar aksi anarkis di wilayah Cirebon.
Setelah Kabupaten Cirebon lebih dulu dilanda kerusuhan di sekitar Mapolresta dan Gedung DPRD Kabupaten, kini giliran pusat kota yang porak-poranda.
Yang tersisa bukan hanya kerusakan fisik, tetapi juga tanda tanya: siapa yang bertanggung jawab atas tragedi ini, ketika suara rakyat yang seharusnya tersalurkan lewat demokrasi justru meledak menjadi amarah di jalanan?(*)